Jumat, 05 Mei 2017

Lagu Kutai Kalimantan Timur "Aku Menyanyi"





Lagu Rakyat Kalimantan Timur
Kutai Kartanegara "Aku Menyanyi"

 Nyanyian rakyat adalah karya seni yang memiliki makna tertentu yang terdapat di wilayah Nusantara, nyanyian rakyat tersebut muncul dan populer sebagai salah satu seni di berbagai suku-suku di wilayah Nusantara. Istilah seni selalu berkaitan dengan keindahan. Seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihat dan mendengarnya, membuat seni merupakan wujud ekspresi dari suatu ide atau gagasan.
            Melalui seni musik banyak hal yang bisa kita dapatkan mulai dari ciri khas alunan musik daerah tersebut, suasana bahkan keadaan alam yang ada di daerah itu, aktivitas masyarakat dan lain-lain. Berikut ini adalah sedikit pengetahuan saya mengenai nyanyian rakyat yang beberapa lirik di lagu tersebut sangat kental menggambarkan suasana alam nyanyian itu berasal tentunya dengan menerjemahkan beberapa lirik yang khas menggunakan bahasa Kutai “Aku Menyanyi” lagu khas Kalimantan Timur yang berasal dari suku Kutai lagu yang sangat indah dengan lirik musiknya di iringi alunan nada-nada merdu.

Aku Menyanyi
Endak endaklah mendi endaklah mendi panasnya hari
Mendi mendi dibatang mendi di batang airnya keroh
Gubang gubang tambangan gubang tambangan membawa jukut
Jukut nyaman dipanggang nyaman dipanggang gangganya terong

Lagu ini lagu mainan, lagu ini lagu sindiran
Jangan heran etam mendengar
Lagu ini lagu mainan, lagu ini lagu sindiran
Hibur hati dengar aku menyanyi

Wadakleh urang seberang urang seberang menggangan asam
Namun etam di sini etam disini manggangan kacang
Putih bunga melati bunga melati harum baunya
Setangkai  kupetik aduh sayang tinggal daunnya

Lagu ini lagu mainan, lagu ini lagu sindiran
Jangan heran etam mendengar
Lagu ini lagu mainan, lagu ini lagu sindiran
Hibur hati dengar aku menyanyi

Terjemahan:
Mau maulah mandi mau mandi panas sekali hari
mandi mandi dibatang mandi di batang airnya keruh
perahu perahu tambangan perahu tambangan membawa ikan
ikan enak dipanggang enak dipanggang sayurnya terong

ini lagu lagu mainam, ini lagu lagu sindiran
Jangan heran kita mendengar
ini lagu lagu mainan, ini lagu lagu sindiran
Hibur hati dengar aku menyanyi

aduhai orang seberang orang seberang bikin sayur asam
Namun kita di sini kita disini bikin sayur  kacang
Putih bunga melati bunga melati harum baunya
Setangkai kupetik aduh sayang tinggal daunnya
 ini lagu lagu mainan, ini lagu lagu sindiran
Jangan heran kita mendengar
ini lagu lagu mainan, ini lagu lagu sindiran
Hibur hati dengar aku menyanyi.

“Mendi-mendi di batang” jika di perhatikan dari lirik lagu ini sangatlah menggambarkan suasana di tempat tersebut. Kalimantan Timur yang kita bahas ini adalah daerah yang sumber daya alamnya sangatlah melimpah terutama hutannya, dan sungai terpanjangnya yaitu Sungai Mahakam. Lirik ini secara tidak langsung menggambarkan aktifitas dan lingkungan di daerah Kaliamntan Timur khususnya mereka yang tinggal di pesisir atau ditepi sungai Mahakam khususnya Suku Kutai. Bahari, orang-orang yang tinggal ditepi sungai Mahakam  sering bahkan sudah menjadi rutinitas mandi dipinggiran sungai Mahakam diatas batang-batang  yang menjadi pondasi belakang rumah.
            Dahulu anak-anak mereka pun mandi di pinggiran sungai berenang  sembari bermain di atas batang-batang kayu yang hanyut di sungai, dahulu pemandangan ini sangatlah mudah untuk di dapatkan namun tidak untuk zaman sekarang. Kalimantan terutama Kalimantan Timur adalah salah satu penghasil kayu terbesar di Indonesia itulah sebabnya dipinggiran sungai Mahakam sangat banyak sekali batang-batang kayu pohon hanyut bahkan menepi di pinggiran sungai, salah satu bukti bahwa Kalimantan adalah penghasil kayu terbesar di Indonesia dengan berdirinya perusahaan kayu ternama yaitu “Kalimanis” perusahaan plywood terbesar di Kalimantan itu diresmikan langsung oleh presiden  ke-2 Indonesia  yaitu Bapak Soeharto.
            Perusahaan ini diresmikan pada tanggal 01 Agustus 1977, perusahaan kayu asal Amerika yang dikenal dengan George Pasific (GP) yang kemudian diambil alih oleh regim orde baru , dan di ubah nama menjadi PT. Kalimanis.

            “Gubang gubang tambangan” dialiri sungai yang sangat panjang orang dahulu menggunakan perahu dalam aktivitas kesehariannya disungai Mahakam, mulai untuk mencari ikan, alat transportasi untuk menyeberangi sungai dan lain-lain. Sebagai alat untuk menahan perahu pada saat menepi di pinggiran sungai di gunakan tali yang lumayan besar ukurannya biasa disebut tali tambang, sepintas menurut saya itulah asal mula dari nama perahu atau alat transportasi sungai Mahakam yang hingga kini kami kenal dengan sebutan Tambangan. Seiring perkembangan zaman alat transportasi ini semakin berkurang peminatnya bahkan banyak penduduk sekitar yang dahulu menjadikan tambangan ini sebagai mata pencaharian beralih ke pekerjaan lain karena beberapa faktor. Antara lain: berkurangnya masyarakat yang ingin menggunakannya, pembangunan jalan darat yang semakin lama semakin berkembang di dukung dengan adanya transportasi darat yang seiring waktu makin banyak bermunculan dan semakin mahalnya bahan bakar minyak yang digunakan untuk mesin tambangan.
            “Gubang tambangan membawa jukut” kita medapatkan setidaknya sedikit gambaran di zaman bahari masyarakat Kalimantan Timur terutama yang tinggal di pesisir sungai Mahakam  sering melaukan berbagai aktivitas di sungai, mulai dari menangkap ikan untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk kebutuhan ekonomi. Semakin kuat dugaan saya bahwa lagu ini di ciptakan oleh masyarakat Kalimantan Timur yang bermukim atau tinggal di pesisir sungai Mahakam. Karena dari beberapa lirik menggambarkan bahkan bisa dikaitkan dengan sungai mulai dari jukut (ikan), tambangan (perahu),  air keroh (air yang keruh), mendi (mandi) di batang, dan urang seberang (orang seberang) yang menunjukkan jarak wilayah yang dibatasi oleh sungai karna besebrangan dan dipisahkan oleh sungai Mahakam.
            Jika mendengar lagu ini sungguh hanya ada rasa riang gembira dalam alunan nada lirik lagunya seperti orang yang sedang menghibur diri dengan menyanyi sembari melihat aktivitas-aktivitas di pesisir sungai menikmati alam sekitar alam warga pesisir sungai Mahakam.





 Referensi:

Margono Try Edi, Aziz Abdul. 2010. Mari Belajar Seni Rupa. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar